Si "WoW" ini biasa nya terdengar saat pertama kali bertemu atau berkenalan. Saling bertanya nama, alamat, kemudian pekerjaan.
Tentu saja saat di tanya mengenai pekerjaan saya yang berstatus mahasiswa akan menjawab seadanya "saya seorang mahasiswa dan belum bekerja"
Jika sudah sampai pada tahap itu biasanya akan timbul pertanyaan selanjutnya
"Jurusan apa?" arrgh ini yang selalu membuat saya malas. Karena sudah terlalu sering mendengar kata 'wow' itu. Di angkot, di bus, saat berkenalan di kampus, seringkali Wow wow dan WOW. Bukan nya merasa sangat bangga, saya malah merasa kecewa dengan diri saya yang sebetulnya tak sehebat yang mereka kira.
Hal seperti ini juga terjadi pagi ini, saat menemani ibu tercinta ke pasar. Saya 'menyempatkan' diri mampir di pondok sate.
Saat menunggu pesanan datang terjadi lah perbincangan singkat antara saya dan si ibu tukang sate yg manis itu.
"Jurusan apa?" pertanyaan itu akhirnya muncul juga.
"Ilmu Hukum buk" jawab ku kalem, diam-diam aku menebak reaksi selanjutnya.
"Hukum??? Wooaaaah hebat ya" jawab nya dengan wajah antusias.
(Hahaha yes tebakan ku benar 😂)
Aku hanya tersenyum, sambil berceloteh dalam hati:
Ada apa dengan jurusan Hukum, bergengsi? Hebat? Berwibawa? Menjamin masa depan yang bagus?
Pun setiap jurusan sama hebat nya, hebat di bidang nya masing-masing. Bayangkan jika jurusan Pertanian, Perternakan, Jurnalistik dan lain sebagai nya tidak ada. Hewan-hewan ternak kurus-kurus dan tak terurus karna kurang nya ilmu tentang ternak, hasil tani tak mencukupi kebutuhan dikarenakan ilmu tentang pertanian tidak ada dan para petani tidak tau harus memakai pupuk apa. Bayangkan juga saat informasi sangat sukar di dapatkan. Di saat seperti ini seorang lawyer handal pun menjadi tak begitu Wow.
Jangan kira para mahasiwa hukum ini pintar dan hebat semua. Banyak juga yang masih tergagap saat di tanya 'pengertian ilmu hukum itu apa'. Ada juga yang bisa nya hanya cengar-cengir saat di tanya apa perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata.
Namun sayang nya, sederat kata singkat di atas tak sempat ku sampaikan pada si ibu tukang sate. Bukan tak beralasan, di hadapan ku telah terhidang sepiring sate yang menggoda yang ingin segera di santap tanpa kata nanti.